![]() |
Oleh
Irvan Simanjuntak
Mahasiswa STIKOM IGA Tanjungpinang
Departemen Komunikasi 2014-2015
GMKI Cabang Tanjungpinang(Diterbitkan di Tanjungpinang Pos) |
Di negeri kita tercinta
ada asas pemilihan umum yaitu “LUBER” (langsung, umum, bebas, dan Rahasia)
Lansung berarti
pemilih diharuskan memberikan hak suaranya secara langsung tidak boleh diperwakilkan.
Umum artinya pemilihan itu dilakukan di seluruh wilaya Indonesia yang bisa
memberikan suaranya sesuai ketentuan yang berlaku. Bebas berarti pemilih bebas
memilih siapa pun tanpa ada unsur paksaan atau unsur yang lain. Rahasia berarti
memilih secara rahasia tentang siapa yang dipilih masing -masing pemilih tanpa
menyebutkan namanya untuk yang dipilih.
Jika
kita sama-sama mengamati secara jujur dengan melihat fakta-fakta yang ada, asas
tersebut memang terlaksana tetapi tidak sempurna. Memang pemilih memilih secara
langsung tanpa di perwakilkan, dan memang pemilih memilih secara umum, pemilih
juga bebas memilih, dan memang sudah
rahasia, akan tetapi banyak terdapat kejanggalan. Setahun bahkan dua tahun Sebelum pesta demokrasi pemilu di laksanankan, politik sudah beraksi dimana-mana. Politik siapa? Yaitu mereka yang bersaing menduduki kursi-kursi kehormatan. Berbagai macam politik yang beraksi. Apakah pemilih sadar akan politik mereka? Memang sadar. Apakah politik mereka di terima? Diterima. Tapi setelah yang dipilihnya menjadi pemilik kursi kehormatan tersebut Banyak yang berkata “ mana Janji manis mu?” dan penyesalan pun mewarnai. Bahakan ada berkata “kau berikan kepadaku sepiring nasi tetapi kau mengambil seribu berlian milik ku”. Ironis….!
rahasia, akan tetapi banyak terdapat kejanggalan. Setahun bahkan dua tahun Sebelum pesta demokrasi pemilu di laksanankan, politik sudah beraksi dimana-mana. Politik siapa? Yaitu mereka yang bersaing menduduki kursi-kursi kehormatan. Berbagai macam politik yang beraksi. Apakah pemilih sadar akan politik mereka? Memang sadar. Apakah politik mereka di terima? Diterima. Tapi setelah yang dipilihnya menjadi pemilik kursi kehormatan tersebut Banyak yang berkata “ mana Janji manis mu?” dan penyesalan pun mewarnai. Bahakan ada berkata “kau berikan kepadaku sepiring nasi tetapi kau mengambil seribu berlian milik ku”. Ironis….!
Budaya
demokrasi telah di definisikan oleh berbagai pakar, baik Negara maupun Manca
Negara yang salah satunya yang menyebutkan bahwa demokrasi itu Dari Rakyat, Oleh Rakyat Dan Untuk Rakayat.
Apakah sudah terlaksana? Memang sudah terlaksana tapi apakah dari rakyat? Benar dari rakyat, apakah oleh rakyat? Benar oleh rakyat. Tetapi
apakah benar-benar untuk rakyat? Kita
bisa menjawab masing-masing dari apa yang sudah kita alami dan yang kita lihat
secara nyata di Negri kita ini. menurut pakar yang lain yang menyebutkan bahwa demokrasi
adalah suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat
keputusan-keputusan politik diselenggarakan oleh warga negara melalui
wakil-wakil yg dipilih oleh mereka dan bertanggung jawab kepada mereka melalui
suatu proses pemilihan yg bebas. dari kalimat tersebut, apakah neagara
kita memenuhi kriteria demokrasi tersebut? Sungguh banyak pertanyaan yang
terjawab, dan banyak pertanyaan yang belum terjawab, lantas apakah yang
seharusnya kita lakukan sebagi rakyat untuk kita yang akan dipimpin?, apkah kita akan selalu
menerima sesuap nasi yang mereka tawarkan? Sedangkan harta berlian kita telah
jadi sasaran? Yang miskin bukannya di diberi sedikit perhatian? Memang di beri
perhatian, tapi hanya pada saat ada yang mereka mau.
Dari pengalaman-pengalaman yang sudah
kita alami, seharusnya kita sudah saat nya berkomitmen yang demokratis dan
kritis. Kritis memilih dan kritis memutuskan, di luar itu sebagai manusia biasa
hanya bisa menjalani dan menerimanya,
setidaknya sudah melakukan yang terbaik... untuk para calon pemimpin mewakili
masyarakat turut menyampaikan.... “Perbanyak
Lah Aksi Mu Bukan Ucapan Mu, Karena Sesungguhnya Akan Lebih Baik Melakukan Dari
Pada Mengucapkan” (irvan simanjuntak)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar